Selasa, 09 September 2014

(Oh) Kipem

  Beberapa minggu ini kami (MABA) khususnya direbetkan dengan KIPEM. Ada yang tau tentang KIPEM? Yang mahasiswa UNAIR pasti gak asing. Ya iyalah secara beberapa hari digegerkan dengan kejadian ini (lebay). Oke untuk yang belum tau kipem disini kita akan membahasnya. KIPEM yaitu Kartu Identitas Penduduk Musiman khususnya bagi para pendatang di Surabaya. Sekedar opini, seharusnya petugas juga mengerti jika kami ini mahasiswa yang datang dari berbagai daerah tak terkecuali dari luar Pulau Jawa. Jika beberapa malam telah mengadakan razia apa ya tidak kasihan dengan kami. Toh tujuan awal kita kesini ya mencari ilmu, bukan yang lain. Dengan razia yang dilakukan beberapa hari di kawasan tertentu semustinya peraturan ini ditinjau kembali. Untuk mengurus kipem kami musti minta surat keterangan dari kemahasiswaan, kemudian surat pengantar dari desa asal. Iya kalo mahasiswanya cuma asal dari Surabaya aja, seharipun bisa selesai. Lah wong ini dari penjuru negeri hingga luar negeri. Belum lagi menata kehidupan kami di surabaya, kami musti pulang kampung untuk mengurus surat ini. Beberapa mahasiswa bahkan ada yang tidur di kampus untuk menghindari razia ini. Ah, semogalah tahun depan tak ada begini-beginian.

*sebagian dari ekspresi mahasiswa luar kota, perpus 9 September 2014

A M E R T A


 19 Agustus
"Pengukuhan di ACC (kecil2 di belakang)"

Ribuan calon mahasiswa berpakaian putih-putih berbanjar menunggu antrian untuk absen. Ruangan ACC penuh dengan pasukan putih. Kami menyanyikan lagu wajib, mars dan juga hyme. Hari itulah kami dikukuhkan sebagai mahasiswa. Malamnya kami berada di Pinlab untuk persiapan Pra Bradanaya(Titin, Rani, Winda, Ayu)


20 Agustus 

PPKMB kami hari pertama berpakaian putih hitam bertempat di fakultas vokasi. Beberapa dosen memberi materi. Salah satu dosen “anoyying” membuat beberapa mahasiswa tidur di dalam kelas Menjelang maghrib kami bergerombol untuk persiapan Bradanaya hari pertama di Pinlab. Selanjutnya kami menuju kos Dani hingga pukul 21.00. Sebelum menuju rumah mampir di warung nasi goreng depan gang.


 "Ciyee yang dapat tamu spesial :)"
21 Agustus  

Pra Bradanaya siang itu kami bertemu langsung dengan MbahKung Sudjiwotedjo sebagai pembicara di Fakultas. Hari itu kami pulang pukul 23.30 karena mengerjakan perlengkapan Bradanaya hari pertama. 

Rabu, 23 April 2014

Hachiko!



 
Hachiko
"Belajar dari Hachiko"


      Kau ingin belajar tentang kesetiaan? Romeo dan Juliet, artis-artis holywood. Tentu tidak kan? Romeo dan Juliet bukanlah kesetiaan tapi kekonyolan yang dibutakan oleh cinta. Artis-artis holywood tidak jarang mereka bolak-balik masuk kantor pengadilan perceraian. Hey tak usah jauh-jauh kau belajar tentang itu. Lihatlah Hackiko! Ya anjing yang ditemukan di stasiun kereta oleh profesor. Kemudian dirawat dan dibesarkan. Setiap sore ia selalu menunggu profesor di stasiun dan pulang bersama. Bertahun-tahun keduanya bersama. Anjing jenis akita yang dikenal sangat setia pada tuannya. Hingga sang majikan meninggal ia tetap menunggu kepulangan majikan setiap sore. Bahkan hingga sepuluh tahun setelah kematian majikan ia masih menunggu. Ah, marilah belajar darinya!




3 April 2014

Jumat, 28 Maret 2014

Tanah Surga "Katanya"




Bukan lautan hanya kolam susu 'katanya'
Tapi kata kakekku hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu
Kail dan jala cukup menghidupimu 'katanya'
Tapi kata kakekku ikan-ikan kita dicuri oleh banyak negara
Tiada badai tiada topan kau temui 'katanya'
Tapi kenapa ayahku tertiup angin ke malaysia
Ikan dan udang menghampiri dirimu 'katanya'
Tapi kata kakek awas ada udang di balik batu
Orang bilang tanah kita tanah surga

Panglima



*Siti Rukiyati


Pagi ini kau berkelakar tentang kami yang tak segera mendewasa. Tentang kaos kaki, tong sampah, dan juga deretan angka. Suaramu masih kurekam jelas dalam ingatan, kendati tujuh hari telah berlalu. Kami pendengar setia nyanyian pagi, meski telinga kami terowongan. Mata kami yang menatap layar lebih asyik berselancar di beranda. Atau bisik kami yang lebih mirip arisan. Dan kau selalu mengerti.

Baru saja kau rebah di kursi depan membuka kitab kealpaan. Jangan tanya kenapa? Sebab kau adalah panglima penagih janji pasukan.  Siapa, kenapa, dimana, bagaimana?     Kau bagai sirine dalam kesesatan. Lampu merah di perempatan kenakalan. Kau tunjukkan dimana kami harus lurus . Dimana kami harus berbelok. Bagaimana menghindar dari jalan berlubang, menyingsing seragam di keruh air hujan.
Kedisiplinan, kecerewetan, segala protes kami yang berhamburan. Script, Php-mysql, examp, html, error. Hah, bahkan wajahmu menjelma jadi alarm tugas-tugas kami. Cambuk menidurkan malas.

Sabtu, 22 Februari 2014

Pesan Mas Pram

"Hidup ini singkat, kita fana. Maka aku akan mencatatnya agar kelak abadi di kemudian hari".


Pramoedya Anantatoer

Belajar dari Projek UKK

                Izinkan untuk beberapa minggu ini saya acuh. Memikirkan diri saya sendiri. Biarlah dianggap egois. Sungguh saya tidak peduli. Tugas akhir yang mengejar, waktu yang mulai berjalan terus. UKK memang benar-benar menyita, waktu, uang dan banyak lagi. Bahkan saya sudah seminggu tidak memikirkan pelajaran adaptif normatif. Jika dihitung mungkin sekitar 80% otakku berisi dengan projek UKK. 

                Pengambilan gambar, editing, finishing semuanya saya membutuhkan orang lain. Mulai dari pengambilan gambar : 2 minggu berturut-turut saya setengah hari saya berada di rumah teman saya. Saya tau saya begitu merepotkan.

Headline


Pagi datang dengan segala kesibukan memanggil-manggil

Sayup-sayup suara televisi mengiringi sarapan pagi, segala macam santapan yang berembel-embel morning banyak menghiasi layar kaca.

Pagi-pagi begini Nazaruddin masih melanjutkan drama hambalangnya hari kemarin

Bersama Angelina Sondakh yang terjungkal-jungkal karena ikut masuk pusaran

Sang menteri juga menyusul adiknya duduk di kursi pesakitan

Ah, keterlaluan mereka pagi-pagi begini sudah jadi santapan dan mencemaskan banyak orang

Bahkan sebelum otakku terisi oleh Pendidikan Kewarganegaraan di jam pertama

Siapa peduli? Aku tak punya banyak waktu untuk melihat drama skenario ini

Selasa, 11 Februari 2014

Selasa Kedua di Februari

Hari selasa adalah salah satu hari favorit saya. Tentu, di hari itu ada guru favorit saya. Siapa lagi kalau bukan Pak Guru yang bergelar SS itu. Iya sejak lama saya ngefans sama beliau, gara-gara puisi ini :) . Semuanya saya suka cara megajar, pembawaan, gaya bahasa dan sudah tentu penampilannya yang sok abg itu lho.

Well, tetapi nomor satu tetap pada bidangnya, sastra. Saya suka sekali. Orang sastra selalu mengagumkan bagi saya. Seperti beliau ketika ia membaca puisi, membaca soal, bahkan  ketika pidato saat upacara hari senin membuat orang yang mendengar betah berlama-lama(padahal biasanya keburu bubar).

Saya ikut jatuh cinta pada bidang beliau, haha biarpun merasa terlambat. Bukankah better late than never. Oh iya hari ini beliau bikin acara baru. Menyampaikan materi disambil permainan. Duh 35 soal dikerjakan dengan berlari-lari. Tentu masih dalam lingkup ruang kelas. Seru, kita disuruh berebut kursi setiap soalnya. Sebelumnya kursi telah disusun melingkar. Yang tidak kebagian dialah yang kebagian menjawab soal. Selanjunya terus bergilir. Aduh ada beberapa yang tidak dapat kursi lebih dari 2 kali. Kami yang kebagian kursi selalu terpingkal-pingkal menertawakan teman yang tidak kebagian. Belum lagi dengan Miss Aida Ting-ting yang jadi bulan-bulanan membaca soal. Rasanya capek, fisik dan pikiran berapacu terus.

Minggu, 02 Februari 2014

Catatan 2 Februari

       Disela-sela kesibukan menghadapi ujian di bulan ini, saya dituntut tetap fokus dan jaga kesehatan. Hari ini adalah pengambilan gambar kedua setelah yang pertama dirasa kurang maksimal. Kami ber-enam mengambil setting dirumah salah seorang teman kami sendiri. Ini atas usul teman-teman karena lebih cocok dengan ceritanya. Perjalanan lumayan jauh harus kami tempuh, jalanan menanjak. Cuaca juga yang tidak bersahabat menjadi pelengkap. Rumah temanku ini memang terletak di sekitar dataran tinggi, sesampai disana udara sangat dingin, namun sepanjang perjalanan mata tak henti-hentinya dimanjakan dengan hamparan padi yang menghijau. Gemericik air di sebelah kanan kiri jalan menambah keasrian. Ini adalah pertama kalinya aku ke rumah temanku tsb(maklum).
Sesampai disana kami harus menunggu beberapa saat, temanku masih tidur. Ya Tuhan ini jam berapa sudah? Mungkin terbawa suasana dingin jadi pengen tidur terus dianya. Perasaanku biasa saja ketika memasuki rumah ini, dan aku coba memperkirakan dimana posisi aku ambil gambar sambil nunggu temanku keluar dari kamarnya. Bapaknya sudah terlebih dahulu mempersilahkan. Ketika memasuki kamar(lokasi syuting) aku lumayan terkejut. Melihat seprei yang tidak tertata, beberapa baju yan berserakan dan masih banyak lagi. Huh, apa memang begini kamar seorang cowok? Kebetulan aku punya kakak keponakan tidak juga. Kemudian aku menyimpulkan.

Kamis, 23 Januari 2014

Aku Ada Disana


                Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB, kami pun bergegas mengakhiri tugas kami hari ini. Ini yang ditunggu memang. Akhirnya kami bisa melangkahkan kaki keluar dari tempat ini, yang berarti praktek kami sudah berkurang satu hari. Ada yang berbeda hari ini : Kami yang tidak biasa pulang berempat, kali ini berjajar seperti girl band dipinggir jalan, berjalan sambil sesekali bercanda, kemudian beberapa kendaraan yang membunyikan klaksonnya karena kami berjalan terlalu ke tengah. Padahal jelas-jelas arah untuk pulang berbeda. Tidak biasanya juga sepedah yang biasa aku dan temanku naikki parkir diluar tempat praktek. Entahlah, teman-teman hari ini sedikit lain memang.

Jumat, 10 Januari 2014

Catatan Hujan

            Tak ada yang menarik malam ini, rintikan hujan yang peragu dan juga tetesan yang membasahi buku-buku di kamar bagai nada-nada yang mengalun  pemecah kesunyian. Tinggalah jari-jari yang menari-nari di atasnya. Hanya sependar cahaya yang tersisa  di ruang ini. Dengan Ibu yang terlebih dulu berbaring sambil terus menarik selimutnya, tak lupa adik yang membungkus badannya rapat-rapat bagai tokoh kartun serial negeri Sakura. Ah, tak ubahnya mengulang malam sebelumnya memang. Saya yang terbiasa tidur setelah semua penghuni rumah terlelap, harus  bertemu sepi lagi, kemudian menjadikannya teman di penghujung malam entah sampai kapan?  Biarpun hari esok adalah money day ( Monday), tetapi saya malah memilih insomnia menikmati malam sunyi. Memikirkan hal yang seharusnya tidak lagi dipikirkan, karena tak memiliki hak lagi. Bagaimana bisa saya katakan demikian?