Sabtu, 22 Februari 2014

Pesan Mas Pram

"Hidup ini singkat, kita fana. Maka aku akan mencatatnya agar kelak abadi di kemudian hari".


Pramoedya Anantatoer

Belajar dari Projek UKK

                Izinkan untuk beberapa minggu ini saya acuh. Memikirkan diri saya sendiri. Biarlah dianggap egois. Sungguh saya tidak peduli. Tugas akhir yang mengejar, waktu yang mulai berjalan terus. UKK memang benar-benar menyita, waktu, uang dan banyak lagi. Bahkan saya sudah seminggu tidak memikirkan pelajaran adaptif normatif. Jika dihitung mungkin sekitar 80% otakku berisi dengan projek UKK. 

                Pengambilan gambar, editing, finishing semuanya saya membutuhkan orang lain. Mulai dari pengambilan gambar : 2 minggu berturut-turut saya setengah hari saya berada di rumah teman saya. Saya tau saya begitu merepotkan.

Headline


Pagi datang dengan segala kesibukan memanggil-manggil

Sayup-sayup suara televisi mengiringi sarapan pagi, segala macam santapan yang berembel-embel morning banyak menghiasi layar kaca.

Pagi-pagi begini Nazaruddin masih melanjutkan drama hambalangnya hari kemarin

Bersama Angelina Sondakh yang terjungkal-jungkal karena ikut masuk pusaran

Sang menteri juga menyusul adiknya duduk di kursi pesakitan

Ah, keterlaluan mereka pagi-pagi begini sudah jadi santapan dan mencemaskan banyak orang

Bahkan sebelum otakku terisi oleh Pendidikan Kewarganegaraan di jam pertama

Siapa peduli? Aku tak punya banyak waktu untuk melihat drama skenario ini

Selasa, 11 Februari 2014

Selasa Kedua di Februari

Hari selasa adalah salah satu hari favorit saya. Tentu, di hari itu ada guru favorit saya. Siapa lagi kalau bukan Pak Guru yang bergelar SS itu. Iya sejak lama saya ngefans sama beliau, gara-gara puisi ini :) . Semuanya saya suka cara megajar, pembawaan, gaya bahasa dan sudah tentu penampilannya yang sok abg itu lho.

Well, tetapi nomor satu tetap pada bidangnya, sastra. Saya suka sekali. Orang sastra selalu mengagumkan bagi saya. Seperti beliau ketika ia membaca puisi, membaca soal, bahkan  ketika pidato saat upacara hari senin membuat orang yang mendengar betah berlama-lama(padahal biasanya keburu bubar).

Saya ikut jatuh cinta pada bidang beliau, haha biarpun merasa terlambat. Bukankah better late than never. Oh iya hari ini beliau bikin acara baru. Menyampaikan materi disambil permainan. Duh 35 soal dikerjakan dengan berlari-lari. Tentu masih dalam lingkup ruang kelas. Seru, kita disuruh berebut kursi setiap soalnya. Sebelumnya kursi telah disusun melingkar. Yang tidak kebagian dialah yang kebagian menjawab soal. Selanjunya terus bergilir. Aduh ada beberapa yang tidak dapat kursi lebih dari 2 kali. Kami yang kebagian kursi selalu terpingkal-pingkal menertawakan teman yang tidak kebagian. Belum lagi dengan Miss Aida Ting-ting yang jadi bulan-bulanan membaca soal. Rasanya capek, fisik dan pikiran berapacu terus.

Minggu, 02 Februari 2014

Catatan 2 Februari

       Disela-sela kesibukan menghadapi ujian di bulan ini, saya dituntut tetap fokus dan jaga kesehatan. Hari ini adalah pengambilan gambar kedua setelah yang pertama dirasa kurang maksimal. Kami ber-enam mengambil setting dirumah salah seorang teman kami sendiri. Ini atas usul teman-teman karena lebih cocok dengan ceritanya. Perjalanan lumayan jauh harus kami tempuh, jalanan menanjak. Cuaca juga yang tidak bersahabat menjadi pelengkap. Rumah temanku ini memang terletak di sekitar dataran tinggi, sesampai disana udara sangat dingin, namun sepanjang perjalanan mata tak henti-hentinya dimanjakan dengan hamparan padi yang menghijau. Gemericik air di sebelah kanan kiri jalan menambah keasrian. Ini adalah pertama kalinya aku ke rumah temanku tsb(maklum).
Sesampai disana kami harus menunggu beberapa saat, temanku masih tidur. Ya Tuhan ini jam berapa sudah? Mungkin terbawa suasana dingin jadi pengen tidur terus dianya. Perasaanku biasa saja ketika memasuki rumah ini, dan aku coba memperkirakan dimana posisi aku ambil gambar sambil nunggu temanku keluar dari kamarnya. Bapaknya sudah terlebih dahulu mempersilahkan. Ketika memasuki kamar(lokasi syuting) aku lumayan terkejut. Melihat seprei yang tidak tertata, beberapa baju yan berserakan dan masih banyak lagi. Huh, apa memang begini kamar seorang cowok? Kebetulan aku punya kakak keponakan tidak juga. Kemudian aku menyimpulkan.