Sabtu, 11 November 2017

Jika Jarak Bisa Dilipat (Catatan Sebelum Keberangkatan)


Terus terbang terbang terus
Nenek moyangku seorang pelaut!

Sekitar seminggu sebelum hari raya saya mendapati pengumuman bahwa nama saya ada dalam daftar 100 peserta Ekspedisi Nusantara Jaya Kementrian Maritim Rute Kepulauan Riau. Pengumuman yang sudah lama saya tunggu tentunya bahkan hal yang pertama saya lakukan saat bangun sahur ialah melihat pengumuman tersebut bukan menyiapkan makanan untuk sahur hehe. Yups! pengumuman keluar tepat pukul 24.00 dan tentu saya tidak mungkin begadang dengan kondisi bulan puasa dan beberapa tuntutan akademik menjelang UAS yang menumpuk yang telah membikin mata saya seperti mata panda. Saya pun kemudian mengabari salah satu senior yang juga mengikuti program ini tapi beda rute sesaat setelah melihat pengumuman tsb. Sayangnya senior saya belum berjodoh dengan rute yang dipilih dan kemudian bertekad untuk mendaftar di gelombang 2 dengan rute yang berbeda. Oiya untuk yang belum tahu tentang apa itu Ekspedisi Nusantara Jaya tak kasih gambaran sedikit tentang program ini, jadi Ekspedisi Nusantara Jaya ialah salah satu program yang digagas oleh Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman untuk anak muda dengan tujuan memupuk rasa nasionalisme sebagai negara maritim dengan tujuan mengembalikan kejayaan maritim Indonesia serta dalam rangka menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Kegiatan ini terbagi menjadi 3 peserta yakni; anak sekolah, mahasiswa dan pemuda, saya sendiri memilih di kategori pemuda, alasannya ialah nanti bakalan saya ceritakan di lain kesempatan (scroll down dulu lah haha) selengkapnya bisa dilihat disini https://enj-maritim.id/.
Pasca pengumuman tersebut saya mulai bergabung dengan grup ENJ untuk persiapan acara yah meskipun pelaksanaan masih dua bulanan lagi, grup pertama yang saya ikuti ialah ENJ Indonesia. Disitu kami mendapat pengarahan dari rekan atau senior yang sudah pernah mengikuti ENJ sebelumnya. Gambaran bagaimana sih program ENJ itu? persiapan apa yang harus dilakukan? di lokasi kita bakal ngapain aja? semua dikupas di dalam grup. Beberapa kali grup mengadakan sharing session dengan mengundang senior di dalam obrolan grup.  Penjelasan dari senior sangat membantu sekali terutama bagi saya yang baru pertama kali ikut ini program. Peserta di grup makin banyak, obrolan makin panjang, dan grup juga sangat ramai. Bayangkan sodara dari seluruh peserta ENJ Pemuda tumplek bek disini. Riweuh! Atmoser keberagaman Indonesia sangat terasa. Awalnya perkenalan di dalam grup yang selalu ditunggu hingga mulai muncul konflik kick satu per satu wkwk....Singkat cerita kemudian saya dapat dm dari sebuah akun instagram "apakah benar saya peserta ENJ Kepri?" Yups dan usut punya usut yang dm adalah Bang Alvin (udah ah gak perlu w kenalin siapa dia haha anak ENJ pasti bakalan inget terus lah sama ni anak) Diundanglah saya masuk grup WA Tim Kepri. Wuhhh...yang pasti grup ini lebih terkontrol karena yang ada didalamnya gak seramai grup sebelah. Di grup tersebutlah segala koordinasi terkait persiapan acara dibahas, ceritanya kita LDR sesama peserta ENJ. Saya yang biasanya rapat di kampus dengan tatap muka kali ini terpaksa rapat secara online. Namanya juga rapat online responnya juga waktu pas online aja hehe. Jadi sepanjang hari notifikasi muncul di grup. Tetapi untuk hal-hal yang urgent biasanya kita bikin kesepakatan untuk waktu dan jam rapat dan kebanyakan pada malam hari. Di grup inilah akhirnya ditentukan tentang pulau tujuan kami dan setelah melalui proses yang panjang dipilih Kabupaten Lingga. Berhubung kami terdiri dari 100 orang akhirnya dilakukan pembagian tim yakni tim 1, 2, dan 3 dengan pulau Posek, Singkep Barat dan Selayar. Saya sendiri tergabung dalam the last team. Pasca keputusan tersebut lahirlah grup tiga yang harusnya dihuni oleh sekitar 30-an peserta, namun sayang terkena seleksi alam dan yang memutuskan berangkat yakni 18 orang. Alasannya berbagai macam mulai dari terkendala dana untuk keberangkatan, tidak mendapat izin dari tempat kerja hingga ada yang daftar ulang studi luar negeri (alasan terakhir ini sumvah greget)***

          Perjalanan diawali dari Batam tepatnya saat pesawat mendarat di Hang Nadim International Airport tanggal 10 September 2017. Saya berangkat lebih awal dari waktu yang ditentukan oleh panitia lokal karena memang sengaja akan bertemu dengan salah satu kawan lama. Sesampai Bandara saya dijemput kawan saya untuk kemudian singgah di rumahnya selama dua harian. Masih di Bandara saya bertemu dengan peserta ENJ Jawa yakni Mbak Laila asal Demak dan Mas Riskychuk asal Purwokerto yang sampai Batam tanggal 10 juga. Sebelumnya delegasi Jawa merencanakan untuk berangkat bersama namun karena sebab satu hal lain kami memutuskan untuk berangkat sendiri-sendiri. Oh iya Mbak Laila ialah delegasi ENJ pertama yang saya temui, kebetulan kami dalam naungan kelompok 3. Ia merupakan mahasiswa S2 Psikologi UGM yang barusan wisuda Oktober lalu. Pembawaannya yang ceria membuat saya tak canggung untuk mulai berbicara banyak hal. Beberapa jam berselang satu peserta lagi landing di Hang Nadim, ialah Mas Risky panggilannya. Kami bertiga ceritanya pisah di bandara karena tidak langsung ke basecamp. Saya ke kawan saya, Mbak Laila ke temannya dan Mas Risky dijemput oleh panitia lokal. Malam itu saya dan Mbak Laila bikin janji untuk menengok kehidupan malam di Batam. Jatuhlah pilihan ke alun-alun kota, nama bekennya sih WTB alias bukit Welcome To Batam (tak sebagus di MTMA pemirsa #korbantv) Didepan bukit ada semacam pasar malam dengan pedagang yang tumpah ruah. Mulai dari bakso, penyetan, cilok, seblak hingga pentol ada semua. Masih di area yang sama terdapat Masjid Raya Batam dengan kubah biru dan cat dinding dominasi orange. Berjalan sedikit kita sampai di alun-alun kota yang luas, lebih mirip Taman Bungkul tapi cenderung sepi. Kalau di Bungkul banyak kita jumpai grup musik nyanyi, taman buku, anak-anak yang bermain skateboard maka disini banyak pedagang yang menyewakan raket. Mungkin karena arena yang luas dan sepi jadi mendukung untuk dibuat bulutangkis. Singkat cerita setelah berfoto ria dan muter-muter pulanglah kami, Mbak Laila dengan temannya dan saya dengan kawan saya. Jalanan di Kota Batam pada malam hari agak ngeri-ngeri sedap. Berbukit-bukit dan minim penerangan. Oleh sebab itu rawan tindak kriminalitas. Kalau di Surabaya sempat booming modus kriminalitas hantu pocong maka di Batam masih trend begal hoho.
Hari kedua saya menuju ke basecamp pada malam hari. Tepatnya di Tiban Koperasi dari rumah kawan saya sekitar 30 menitan. Hari itu basecamp sudah ramai dengan peserta yang terus berdatangan. Malam itu juga kami menggelar rapat hingga larut (sekitar jam 01.00). Finnaly LDR kita selama dua bulanan kita akhiri. Orang-orang yang biasa rame digrup ternyata tidak seramai di kehidupan nyata. Di tengah rapat kami nyemil makanan yang dibawa rekan-rekan dari masing-masing daerah; peyem, bika ambon, dan beberapa makanan yang tidak saya tau namanya tapi langsung masuk mulut hehe. Malam itu saya bersebelahan dengan Dzinuri Khoirunnisa alias Teh Ica yang pada kemudian hari jadi orang ‘terlengket’ selama kami di Pulau. Teh Ica sendiri merupakan mahasiswa Perikanan Unpad angkatan 2012. Humble, pengertian, dan dermawan itulah sedikit yang bisa saya deskripsikan. Selebihnya tentang aib cukuplah kami berdua yang tau (nuhun teh).
Esok harinya kami sibuk untuk prepare kebutuhan selama di Pulau. Beberapa perlengkapan yang belum terbeli pagi itu kami coba penuhi. Beberapa lagi sibuk packing donasi buku dan baju. Malam harinya kami menggelar rapat lagi. Jika rapat kemarin lebih kepada persiapan tim secara keseluruhan maka malam kedua kami rapat pertim dan didahului oleh perkenalan dari masing-masing peserta. Setelah rapat besar ditutup kami lanjutkan dengan rapat pertim. Tim 3 dihuni oleh 18 orang dengan empat divisi yakni pendidikan, ekonomi, kesehatan lingkungan serta dokumentasi. Saya sendiri tergabung dalam divisi pendidikan. Beberapa program yang direncanakan akan dilakukan di Pulau antara lain; kelas maritim, kelas motivasi, english fun dan rumah baca. Saya sendiri menjadi PJ rumah baca yg akhirnya di dilaksanakan di Pulau Lipan (pemukiman suku laut). Malam semakin larut akhirnya rapat ditutup. Esok hari kami akan mengikuti upacara pelepasan dan kuliah umum di Universitas Internasional Batam, untuk selanjutnya berangkat ke Pelabuhan Punggur untuk menuju Kabupaten Lingga.
Sekitar jam 06.00 kami telah bersiap di depan basecamp. Selanjutnya kami naik bus menuju UIB. Acara pelepasan dihadiri oleh perwakilan kementrian maritim dan beberapa pejabat universitas setempat. Hal yang menarik dari upacara ini ialah setiap sambutan yang diberikan pejabat dan pembawa acara selalu memakai pantun. Katanya sih kalo orang melayu tidak berpantun tidak sah. Ya kalo di Surabaya parikan kale yaaa. Selepas dhuhur bus meluncur menuju pelabuhan. Perjalanan agak lumayan menuju pelabuhan. Beberapa dari kami menyanyi bersama untuk mengusir kebosanan. Mulai dari Mars ENJ, Mars Perind*, sampai lagu-lagu nasional. Menjelang Ashar bus sampai di pelabuhan untuk selanjutnya kami memasuki Kapal Roro yang akan membawa kami ke Kabupaten Lingga. Sekitar pukul 16.00 kapal mulai meninggalkan pelabuhan. Perjalanan ke Lingga akan ditempuh sekitar 15 jam  yang itu berarti kami baru sampai kabupaten esok hari. Saat itu seluruh peserta di lantai 3 kapal. Mengabadikan moment dan saling bercengkrama satu sama lain. Langit yang mulai kemerahan menjadi tanda bahwa maghrib akan segera tiba. Kami pun turun ke lantai dua kapal untuk menunaikan sholat maghrib. Selepas isya’ kami mulai mencari tempat terbaik masing-masing (ceileh padahal mah biar gak mabuk laut wkwk). Ada yang dilantai 3 tidur beralaskan lantai kapal, ada yang di lantai dua tidur di bangku-bangku, pun ada yang menyusup ke ruang VIP kapal haha. Ombak mulai datang, beberapa peserta mulai mabuk laut saudara, beberapa penumpang ibu-ibu di kapal juga mengalami hal yang sama. Saya sendiri memilih tidur lebih awal untuk antisipasi tentunya didahului sebutir ant*mo beberapa menit sebelumnya. Esok hari kapal merapat di pelabuhan Jagoh ibukota Kabupaten Lingga. Di pelabuhan ini ketiga tim mulai terpisah dan tim saya mendapat di bagian ujung. Di Pelabuhan Jagoh masing-masing tim dijemput oleh camat masing-masing. Setelah drop barang tim kami naik pompong untuk menuju Pulau Selayar. Perjalanan dari Jago ke Selayar sekitar 15 menit.  Finnaly kami telah sampai di Pulau Selayar***
Tempat pertama yang kami singgahi di Pulau Selayar ialah kantor Kecamatan Selayar tepatnya di Desa Penuba. Kami menerima ramah tamah dari pegawai kecamatan setempat. Kecamatan Selayar sendiri terdiri dari empat kelurahan; yakni Selayar, Penuba, Penuba Timur, dan Pantai Harapan. Pada sesi tersebut tim kami melakukan perkenalan sekaligus pemaparan program kerja selama sepuluh hari di Pulau. Seperti yang saya bilang diawal tim kami terdiri dari empat divisi; yakni divisi pendidikan dengan program kerja kelas maritim, kelas motivasi, english fun, maghrib mengaji. Divisi ekonomi kreatif concern di pemberdayaan potensi ekonomi masyarakat pesisir, divisi kesehatan dan lingkungan mengurusi kesehatan masyarakat yakni; cek darah, sosialisasi PHB (kebetulan kelompok kami ada yang berprofesi sbg dokter), selain itu ada manajemen stress serta pembekalan pola mengasuh anak yang dibawakan oleh Mbak Laila. Masih dikantor kecamatan untuk pertama kalinya kami menyantap nasi dagang (nasi bilis, sotong, udang) yang merupakan makanan khas wilayah pesisir kalo di Jogja sih nasi kucing gitu yang porsinya dikit. Alhasil banyak dari kami yang tidak puas satu porsi dan nambah (harap maklum di kapal makannya pop mi*). Pada sesi tersebut tim kami memutuskan untuk menempati satu tempat di Penuba. Pihak kecamatan sebelumnya menawarkan untuk membagi tim untuk menempati beberapa desa yang ada. Namun karena jarak antara desa satu dengan yang lain jauh dan medan yang sangat menantang ditambah keterbatasan sarana transportasi akhirnya kami memutuskan bertempat tinggal dalam satu rumah. Dipilihlah sebuah rumah di dekat gedung beacukai setempat sebagai basecamp. Beberapa kegiatan yang kami lakukan di Pulau akan saya jabarkan dalam postingan selanjutnya "Selayar Pandang Pulau Selayar' karena adek  sudah lelah ngetik bang ahaa.
        Oiya sebelum memutuskan berangkat sebenarnya ada banyak hal yang harus saya pertimbangkan, meskipun pada mulanya saya sendirilah yang memilih Rute Kepri namun karena pelaksanaan yang belum pasti serta jadwal yang terus mundur saya sempat ragu untuk berangkat karena tentu akan menganggu urusan akademik di kampus. Belum lagi dualisme di dalam diri saya dalam memaknai pengabdian, benarkah harus sejauh itu? benarkah Kepri tempatnya? dan masih banyak lagi pertanyaan keraguan yang bermunculan. Keyakinan itu muncul saat saya dipertemukan dengan seorang peserta ENJ Unair rute NTT Mbak Fidelia Ayu FISIP. Rencana awal kami janjian di perpus pusat lantai tiga untuk membicarakan persiapan ENJ meskipun pada dasarnya kami beda rute. Kami sharing terkait persiapan masing-masing rute, membicarakan pengajuan sponsorship ke beberapa instansi dan rencana jangka pendek sebelum keberangkatan. Singkat cerita pembahasan lebih mengarah kepada penyadaran terhadap diri saya sendiri. Mbak Ayu panjang lebar memberi masukan dan beberapa pertimbangan. Satu kalimat yang selalu saya ingat ialah "Ngapain sih pengabdian jauh-jauh seperti tetangga sendiri tidak bisa ditolong?" Pertanyaan ini bukan dalam rangka menambah keraguan saya melainkan sebagai penguatan bahwa saya harus berangkat. Sebagian orang mungkin akan nyinyir. Dan saya tidak perlu menggubris ucapan tersebut. Tidak berhenti sampai disitu dalam meyakinkan diri saya juga menemui dosbing dalam rangka meminta pertimbangan secara akademik. Ditengah ketakutan saya yang belum mengumpulkan revisi setelah sidang judul (jangan ditiru*ups), saya memberanikan diri untuk membuat janji konsultasi. Setali tiga uang dengan Mbak Fidelia jawaban beliau menyuruh saya mengambil kesempatan tersebut "Kalau kamu tidak berangkat itu dosa namanya karena telah mengambil jatah orang lain yang tidak lolos. Berangkat saja belum tentu sepuluh hari di Surabaya kamu dapat data tentang skripsimu. Bangun link sebanyak-banyaknya mumpung jadi mahasiswa!" Sungguh kebijaksanaan yang hqq. Yap setelah itu saya bilang YES untuk berangkat. 
Mungkin terksesan agak lebay bagi beberapa teman hehe wong masih lingkup Indonesia aja belum jauh ke Eropa atau Amerika. But tulisan ini saya posting dalam rangka pengarsipan perjalanan pribadi agar tak tertumpuk memori revisi eh bukan, atau mungkin ada anak sejarah kelak nulis biografi saya tinggal nyari di blog haha tidak juga. Pointnya adalah jangan merisaukan jarak ya kawan-kawanku. Seperti kata Pram "Jarak hanya apa yang ada di depan mata, batasnya ialah ufuk. Ketika jarak ditempuh sang ufuk menjauh". Jadi buminya Allah itu luas tak terbatas. Yuk menjelajah bersama!
To be continue***



pahlawan devisa
Bersebelahan dengan pahlwan devisa di pesawat
Landing di Hang Nadim
Mpok Lela delegasi pertama yang saya temui di Batam
Gagal berangkat bersama gapapa yang penting ketemu di Bandara
WTB bukan Wiss U All The Best
Masjid Raya Batam
Jauh-jauh ke Batam makannya penyetan
Packing donasi di basecamp

Rapat hari kedua sekaligus perkenalan keseluruhan delegasi
Mbak Loly Gadis Batak
Coba cari akuhh
Coba cari akuhh (2)
Sore kala itu di Pelabuhan Punggur
Sebelum mabuk laut
Babel Medan Bandung Surabaya
Jawa Squad
Saranghae
Maunya sih bikin formasi ENJ
When sunrise comes

Menuju Selayar Island with pompong

Touch down Kantor Kecamatan Selayar perkenalan sekaligus pemaparan program
SEE U

2 komentar:

  1. Keren euy 😂 😂 😂 😂
    Mampir juga ke cerita Enj sebelah ya di aguselmansyah.blogspot.co.id

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya udah aku baca sampai part 4 (the end)bang. Bilang apa dulu? hehe

      Hapus