Sabtu, 23 November 2013

Lamunan Senja dan Bintang



Langit semakin memerah dengan sedikit waktu tersisa sang surya
Termangu dalam kursi tuaku menuliskan sebuah bait
Kertas putihku masih tampak kosong
Tetapi sang surya mulai beranjak

Ah Senja ini,
Ingin ku ceritakan pada langit yang memerah itu
Tentang hatiku yang tak tenang sedari tadi
Seolah langit merah mengulurkan tangannya dan mendekat padaku
Memintaku bercerita,
Tentang keluargamu? Tidak tegasku
Cinta? Tidak jua
Lantas? Pintanya penasaran
Belum sempat kuberi jawaban
Kumandang Allahuakbar mengakhiri percakapan ini

Selepas menggelar sajadah panjang
Langit merah berlalu
Kini bintang-bintang kecil itu
Kupandangi terus sinarnya
Bersamanya ku teringat lagu kecil
yang sering dilantunkan ibu menjelang tidur
dengan dongeng-dongeng fantasi
“Enak sekali jadi bintang terus bersinar?"
Kenapa aku tak bersinar, kenapa sinarku terkadang redup
Kenapa?

Ku semakin memuncak,
Teringat peristiwa tadi pagi, ketika ketidak-adilan ku dapat
Goresan tinta bu guru lebih berpihak pada mereka
Aku kecewa,
Seketika usahaku tadi malam sia-sia
Meratap ingin ku protes dan
ku tumpahkan rasa kecewa ini
Lantas pada siapa?
Aku hanya seorang murid dan beliau guruku

Sejenak ku merenung, menyesal apalah arti
Aku tak boleh seperti ini, tak boleh terulang,
aku harus berubah
Bayangan wajah ayah dan ibu membuatku semakin bersalah
jika mudah pasrah
Aku harus bersinar seperti bintang di atas
Yang tak pernah redup meski terkadang terlupakan

Mojokerto, 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar