Kamis, 05 Desember 2013

Artikel Hari Ibu "Kisah Inspiratif Ibu"



 Bukan setumpuk emas yang kau harapkan dalam kesuksesan ku, bukan gulungan uang yang kau minta dalam keberhasilan ku, bukan juga sebatang perunggu dalam kemenangan ku, tapi keinginan hati mu membahagiakan aku. 

Setiap tanggal 22 Desember, seluruh masyarakat Indonesia merayakan Hari Ibu. Sebuah peringatan terhadap peran seorang perempuan dalam keluarganya, baik itu sebagai istri untuk suaminya, ibu untuk anak-anaknya, maupun untuk lingkungan sosialnya. Lalu seberapa jauh kita memaknai perayaan hari Ibu itu sendiri? sudahkah kita membalas jasa-jasanya? sudahkah kita membuatnya bahagia? prestasi apa yang sudah kita berikan padanya? atau di umur yang menginjak dewasa kita masih sering membuatnya susah?


Ibu adalah sosok perempuan terhebat yang ada di dunia ini. Sosok yang sangat berarti dalam hidup kita. Sembilan bulan ibu mengandung, menyusui, merawat, dan menjaga kita hingga sampai kita besar.Tentu sembilan bulan bukanlah waktu yang singkat, bagaimana ibu memaksakan makan demi asupan gizi kita sementara beliau sendiri tidak enak makan karena mual, bagaimana tersiksanya ibu ketika perut yang membuncit seringkali membuat tidur malamnya tak nyenyak. Bagi ibu tak penting keadaan yang dialami, yang terpenting hanya anak yang di kandungnya baik-baik saja.

Ibu yang berjuang mempertaruhkan nyawanya demi kita. Setelah kita terlahir ke dunia, dialah yang telaten merawat. Ketika sang surya belum menyapa, ibu telah bersiap memandikan kita, mengurus segala keperluan rumah sementara kita masih enggan beranjak dari gendongannya. Ketika menjelang malam, ibulah pelantun tembang pengantar tidur dengan setia. Ketika kita merengek di tengah malam ibu dengan sigap mendengar tangisan kita. Hingga hari tak terasa pagi lagi. Begitulah seterusnya kita membuat hari-hari yang dilewatinya.

Memasuki usia sekolah dengan antusias beliau mengantar kita, menunggui dengan sabar. Kendati kita lebih terburu membeli jajan daripada belajar di kelas. Sungguh pun ibu tidak marah. Karena menganggap kita sebagai anak kecil yang belum mengerti arti apa-apa.
Ibu yang mengajari kita menulis, membaca dan berhitung. Menyiapkan sarapan pagi, agar kita dapat konsentrasi saat belajar di sekolah nanti. Saat beliau tak lagi menunggui kita karena memasuki sekolah dasar, nasehatlah yang selalu jadi pengantar di pagi hari.


Ibu yang selalu mendoakan kita agar lulus studi dengan nilai baik, dapat meraih mimpi kita, kemudian berharap kita bernasib baik. Mendapatkan pekerjaan yang mapan dan lebih baik dari pekerjaan Ayah. Tanpa sedikit pun mengharapkan imbalan dari keberhasilan kita.

Itulah ibu, ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik.

`

Ibu, belum banyak yang bisa saya lakukan. Doamu kuharapkan disepanjang jalanku, semoga kelak ibu tersenyum melihat keberhasilan anakmu.
SELAMAT HARI IBU, SELAMAT HARI KASIH SAYANG.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar