*Siti Rukiyati
Pagi ini kau berkelakar
tentang kami yang tak segera mendewasa. Tentang kaos kaki, tong sampah, dan
juga deretan angka. Suaramu masih kurekam jelas dalam ingatan, kendati tujuh
hari telah berlalu. Kami pendengar setia nyanyian pagi, meski telinga kami terowongan. Mata kami yang menatap layar
lebih asyik berselancar di beranda. Atau bisik kami yang lebih mirip arisan.
Dan kau selalu mengerti.
Baru saja kau rebah di kursi
depan membuka kitab kealpaan. Jangan
tanya kenapa? Sebab kau adalah panglima penagih janji pasukan. Siapa, kenapa, dimana, bagaimana? Kau bagai sirine dalam kesesatan. Lampu
merah di perempatan kenakalan. Kau tunjukkan dimana kami harus lurus . Dimana
kami harus berbelok. Bagaimana menghindar dari jalan berlubang, menyingsing seragam
di keruh air hujan.
Kedisiplinan,
kecerewetan, segala protes kami yang berhamburan. Script, Php-mysql, examp, html, error. Hah, bahkan wajahmu menjelma
jadi alarm tugas-tugas kami. Cambuk menidurkan malas.
Tak banyak yang bisa
membakar semangat kami layaknya engkau, mengobrak-abrik kemalasan, menyulap
kebodohan. Kami hanya kerikil tajam yang sering menganggu tapak niat baikmu.
Kerikil tajam yang ingin berubah namun sulit dirubah.
Maafkan kami pasukan
yang belum utuh. Tapi kami berjanji pulang membawa kisah medan kehidupan dengan
selamat dan tak sesat. Untukmu wahai panglimaku.
*Siti
Rukiyati, guru multimedia honorer SMKN 1 Jatirejo.
Sip bu luck, lanjutkan! :-)
BalasHapusWkwkwkw isin aku keruhan mas iril :(
BalasHapus