Pagi datang dengan segala kesibukan
memanggil-manggil
Sayup-sayup suara televisi mengiringi
sarapan pagi, segala macam santapan yang berembel-embel morning banyak
menghiasi layar kaca.
Pagi-pagi begini Nazaruddin masih melanjutkan drama hambalangnya hari kemarin
Bersama Angelina Sondakh yang terjungkal-jungkal karena ikut masuk pusaran
Sang
menteri
juga menyusul adiknya duduk di kursi pesakitan
Ah, keterlaluan mereka pagi-pagi begini sudah
jadi santapan dan mencemaskan banyak orang
Bahkan sebelum otakku terisi oleh
Pendidikan Kewarganegaraan di jam pertama
Lain lagi dengan kelas,
riuh kelasku, teman-teman masih
mengulang kebiasaan buruk
Hobi lama yang dipelihara dan akan tetap dibudidaya
semua berawal dari sini
Mau jadi apa mereka? Penerus Pangeran nazarkah? atau Puteri Angelina
Korupsi benar-benar telah mengakar
bahkan sejak bangku sekolah
Istirahat siang presenter masih berkisah
tentang Nazar dan Angelina
Bahkan kali ini ada pendatang baru, Anas beserta monasnya
Akan ada siapa lagi yang jadi dalang hambalang setelah ini?
Siang beranjak, giliran Sang Ratu Banten menyusul bersama adik
kandungnya, tentang politik dinasti yang menggerogoti. Ini lebih besar lagi,
bahkan menyeret sang Konsititusi
Selepas iklan, giliran Hambit Bintih yang berkisah. Perseteruan
Cicak KPK dan orang istana. Negeri
ini memang lucu sekelas koruptor masih akan dilantik? Dasar formalitas kelewat
batas
Setelah gemuruh adzan presenter masih
berkisah tentang sapi dan Al-Qur’an yang
masuk melalui gang berwarna-warna. Lagi-lagi aku tak punya banyak waktu karena
harus belajar.
Pukul 21.00 presenter masih terus
berkisah kali ini akan dikupas tuntas malahan, lagi-lagi aku harus
meninggalkannya. Ah, rasanya headline sehari benar-benar membuatku penat.
Pantas jika sinetron masih jadi tontonan primadona terlebih oleh kaum bawah, sekedar
hiburan “KATANYA”.
Mojokerto, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar